Studi sebut wanita 40 persen berisiko alami depresi saat perimenopause

Menopause adalah fase alami dalam kehidupan seorang wanita yang ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi. Namun sebelum menopause, wanita akan mengalami fase yang disebut perimenopause. Perimenopause adalah periode transisi menuju menopause yang biasanya terjadi pada usia 40-an hingga awal 50-an.

Selama perimenopause, wanita akan mengalami perubahan hormon yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional mereka. Menurut sebuah studi, wanita pada fase perimenopause memiliki risiko 40 persen lebih tinggi untuk mengalami depresi dibandingkan dengan wanita yang belum memasuki fase ini.

Depresi pada perimenopause dapat disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi dalam tubuh wanita. Penurunan kadar estrogen dan progesteron dapat berdampak pada keseimbangan kimia otak, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan suasana hati dan depresi.

Selain itu, gejala fisik yang sering dialami selama perimenopause seperti hot flashes, insomnia, dan peningkatan berat badan juga dapat mempengaruhi kesehatan mental wanita. Rasa tidak nyaman dan kurangnya tidur dapat menyebabkan stres dan kelelahan, yang pada akhirnya dapat memicu depresi.

Untuk mengatasi depresi saat perimenopause, penting bagi wanita untuk menjaga keseimbangan hormon tubuh mereka. Hal ini dapat dilakukan melalui pola makan sehat, olahraga teratur, dan menghindari stres. Selain itu, konsultasikan dengan dokter atau psikolog jika merasa gejala depresi semakin parah.

Perlu diingat bahwa depresi pada perimenopause bukanlah hal yang biasa dan seharusnya tidak diabaikan. Penting untuk mengenali gejala dan mencari bantuan profesional jika diperlukan. Dengan perawatan yang tepat, wanita dapat mengatasi depresi saat perimenopause dan tetap menjalani hidup dengan kesehatan mental yang baik.