Demam kelinci, atau biasa disebut dengan rabbit fever, adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Francisella tularensis. Penyakit ini umumnya menyerang hewan liar seperti kelinci, tupai, dan tikus, namun dapat juga menular kepada manusia melalui gigitan serangga atau kontak dengan hewan yang terinfeksi.
Baru-baru ini, kasus demam kelinci di Amerika Serikat mengalami lonjakan yang signifikan. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), jumlah kasus demam kelinci di AS telah meningkat hingga 30% dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menjadi perhatian serius bagi masyarakat dan pemerintah AS untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini.
Gejala demam kelinci pada manusia meliputi demam tinggi, nyeri otot, kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening, dan kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi paru-paru atau peradangan pada mata. Penyakit ini dapat sangat berbahaya jika tidak segera diobati dengan antibiotik yang tepat.
Untuk mencegah penyebaran demam kelinci, penting bagi masyarakat AS untuk menghindari kontak langsung dengan hewan liar yang berpotensi terinfeksi, seperti kelinci, tupai, dan tikus. Selain itu, menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan sekitar juga merupakan langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini.
Jika Anda mengalami gejala demam kelinci atau pernah melakukan kontak dengan hewan yang terinfeksi, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Demam kelinci dapat diobati dengan antibiotik selama beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung dari tingkat keparahan penyakit.
Dengan meningkatnya kasus demam kelinci di AS, penting bagi masyarakat untuk lebih waspada dan mengambil langkah-langkah preventif yang diperlukan. Edukasi tentang penyakit ini juga perlu ditingkatkan agar masyarakat lebih sadar akan risiko penularan dan cara mencegahnya. Semoga dengan upaya yang tepat, penyebaran demam kelinci dapat dikendalikan dan kasusnya dapat diminimalkan di masa depan.